Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Berpikir positif dan optimis dalam Islam

Berpikir positif dan optimis dalam Islam


Judul "Positive thinking and optimism in Islam"Pikiran kita memiliki kemampuan yang kuat untuk menentukan perasaan dan keadaan emosional kita dan pada akhirnya memengaruhi cara kita berperilaku, baik atau buruk.  

Islam mengajarkan kita untuk mengarahkan refleksi tindakan (tafakkur), atau pemikiran mendalam, terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah, pada berkah dan keajaiban-Nya, harapan di akhirat, dan optimisme. 

 Dengan mengendalikan proses berpikir kita secara positif, kita dapat meningkatkan efektivitas doa dan ibadah kita serta membebaskan diri kita dari kemarahan, depresi, dan kecemasan yang ditimbulkan oleh pikiran duniawi.


 Berlawanan dengan kepercayaan populer, kita memiliki kendali atas pikiran mana yang kita pilih untuk diikuti.  Kita mungkin tidak memiliki pilihan atas pemikiran tertentu yang awalnya muncul di benak kita pada waktu tertentu, tetapi kita memiliki pilihan untuk mengabaikannya atau mengejarnya.


 Pikiran sukarela kita tidak lebih dari pernyataan batin.  Oleh karena itu, aturannya adalah kita hanya boleh melibatkan pikiran yang baik atau membungkam pikiran kita.


 

Abu Huraira ra dari:baginda Rasulullah saw, damai dan berkah besertanya, mengatakan:


 ุงู†َ ุงู„ู„َّู‡ِ ุงู„ْูŠَูˆْู…ِ ุงู„ْุขุฎِุฑِ ู„ْูŠَู‚ُู„ْ ุง ู„ِูŠَุณْูƒُุชْ


 Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia berbicara kebaikan atau diam.


 Sumber: aแธฅฤซแธฅ al-Bukhฤrฤซ 6110, Grade: Muttafaqun Alayhi


 Terkadang Setan akan melemparkan sugesti jahat ke dalam pikiran kita.  Saran-saran ini tidak memiliki kuasa atas kita kecuali kita memilih untuk menindaklanjutinya. 

 Jika kita mengikuti jalan pikiran yang jahat atau negatif, maka itu akan membawa kita ke akhir yang mengerikan.


 Jadi, ketika kita mendapati diri kita terjebak dalam pola pikir yang buruk, kita perlu segera mengganti pikiran negatif ini dengan pernyataan batin yang positif untuk membatalkan pengaruhnya.


 Abu Dzar ra melaporkan: Rasulullah SAW bersabda:


 ุงู„ุณَّูŠِّุฆَุฉَ ุงู„ْุญَุณَู†َุฉَ ุง


 Ikuti perbuatan buruk dengan perbuatan baik dan itu akan menghapusnya.


 Sumber: Sunan al-Tirmidh 1987, Grade: Sahih


 Pikiran positif adalah pikiran yang menghasilkan perasaan baik, perbuatan baik, ketenangan pikiran, rasa syukur, ketenangan, kepuasan, dan keadaan emosi positif lainnya.  Ini adalah pikiran yang benar tentang Allah, harapan di akhirat, para nabi, berkah kita, perbuatan baik, dan sebagainya.  Mereka menghasilkan kebijaksanaan dan pencerahan di dalam hati.


 Pikiran negatif adalah pikiran yang menghasilkan perasaan buruk, marah, iri, iri, benci, cemas, depresi, dan keadaan emosi negatif lainnya.  Ini adalah pemikiran tentang dunia, kekayaan kita, status kita, orang-orang yang tidak kita sukai atau yang telah menganiaya kita, dan sebagainya.  Penyebab pikiran-pikiran ini adalah keterikatan pada delusi kehidupan duniawi dan materialistis yang menutupi hati dan mencegah pemurniannya.


 Abu Sulaiman r.a. berkata:


 ุงู„ْูِูƒْุฑُ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุงุจٌ ุงู„ุขุฎِุฑَุฉِ ู„ุฃَู‡ْู„ِ ุงู„ْูˆَู„ุงูŠَุฉِ ุงู„ْูِูƒْุฑَุฉُ ุงู„ุขุฎِุฑَุฉِ ุงู„ْุญِูƒْู…َุฉَ ุงู„ْู‚َู„ْุจَ ู„َู‰ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ู„ِّูŠَุฉً ุง


 Memikirkan dunia adalah selubung atas akhirat dan hukuman bagi manusia.  Memikirkan akhirat menghasilkan kebijaksanaan dan kehidupan di hati.  Siapa pun yang memandang dunia sebagai pelindungnya akan menerima delusinya.


 Sumber: Hilyat al-Awliya 14447


 Tidak semua pikiran tentang dunia itu jahat.  Memikirkan sesuatu yang Allah anugerahkan kepada kita di dunia adalah baik.  Dan kita memiliki kewajiban untuk mengurus urusan duniawi kita, memenuhi kewajiban kerja kita, membayar tagihan kita, memenuhi amanah kita, dan sebagainya.  Kita harus memikirkan hal-hal ini sejauh diperlukan dan bermanfaat.


 Misalnya, kita mungkin perlu memikirkan bagaimana kita akan menyelesaikan proyek kerja.  Tapi mungkin di tempat kerja seseorang mengatakan kata-kata kasar kepada kita atau melakukan sesuatu yang mengganggu kita.  Jika kita terus-menerus memikirkan interaksi negatif itu, itu hanya akan merugikan kita dan tidak menghasilkan manfaat.  Ini adalah pemikiran duniawi yang tidak perlu dan harus dibuang.


 Faktanya, langkah menuju keunggulan dalam Islam adalah belajar untuk hanya memikirkan hal-hal yang seharusnya menjadi perhatian kita.


 Ali bin Husein meriwayatkan: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


 ู„َุงู…ِ ุงู„ْู…َุฑْุกِ ุง ู„َุง


 Sesungguhnya sebagian dari kesempurnaan dalam Islam adalah seseorang meninggalkan apa yang bukan urusannya.


 Sumber: Sunan al-Tirmidhฤซ 2318, Grade: Sahih li ghayri


 Ibn Al-Qayyim menulis:


 ุงู„ุฏَّูˆَุงุก ู„ ุงู„ููƒุฑ ุง ุงู„ุง ุงู„ููƒุฑ ุง ู„َุง ุงุจ ู„ ุง ู„َุง ุงุชَู‡ُ ุง


 Obat yang paling bermanfaat adalah Anda menyibukkan diri dengan pikiran tentang apa yang seharusnya menjadi perhatian Anda dan bukan hal-hal yang seharusnya tidak menjadi perhatian Anda.  Memikirkan apa yang tidak penting bagi Anda adalah pintu dari setiap kejahatan.  Barang siapa memikirkan apa yang bukan urusannya, maka dia akan melewatkan apa yang menjadi urusannya.


 Sumber: al-Fawฤ'id 1/175


 Ini berarti menyibukkan diri dengan pikiran duniawi hanya sejauh yang diperlukan, dan juga belajar untuk tidak mengkhawatirkan hal-hal di luar lingkaran pengaruh atau kendali kita.  Jika kita terus-menerus khawatir atau kesal dengan hal-hal yang tidak dapat kita ubah, itu akan mengalihkan perhatian kita dari apa yang dapat kita ubah.


 Setelah memahami efek dari pikiran positif dan negatif, kita kemudian perlu mengarahkan proses berpikir kita ke jalur pemikiran positif dan belajar untuk mengabaikan pikiran negatif sebelum membawa kita ke dalam spiral ke bawah.  Banyak sahabat Nabi menganggap keterampilan mengarahkan pikiran secara positif sebagai pencerahan iman yang benar.


 Amir bin Abdi Qais rahimahullah berkata:


 ุงุญِุฏٍ ู„َุง ุงุซْู†َูŠْู†ِ ู„َุง ู„َุงุซَุฉٍ ุงุจِ ู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„َูŠْู‡ِ ู„َّู…َ ู„ُูˆู†َ ุงุกَ ุงู„ْุฅِูŠู…َุงู†ِ ุงู„ْุฅِูŠู…َุงู†ِ ุงู„ุชَّูَูƒُّุฑُ


 Saya mendengar dari lebih dari satu atau dua atau tiga sahabat Muhammad, saw, bahwa mereka mengatakan pancaran atau cahaya iman adalah dalam refleksi.


 Sumber: al-Durr al-Manthr 3:190


 Memikirkan nikmat Allah itu sendiri merupakan ibadah yang mengarah pada rasa syukur, kepuasan, dan kebahagiaan.  Itu tidak membutuhkan usaha yang signifikan dari kita, namun itu menghasilkan hasil yang luar biasa dalam hidup kita.


 Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata:


 ุงู„ْูƒَู„َุงู…ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ู„َّ ุงู„ْูِูƒْุฑَุฉُ ุงู„ู„َّู‡ِ ู„ُ ุงู„ْุนِุจَุงุฏَุฉِ


 Berbicara dengan mengingat Allah Ta'ala itu baik, namun memikirkan nikmat Allah adalah ibadah yang terbaik.


 Sumber: Tafsr Ibn Katr 3: 190


 Semua ini menunjukkan fakta bahwa orang percaya harus optimis dan tidak pesimis atau sinis.  Tidak ada pertanda dalam Islam (atau tanda-tanda yang memprediksi masa depan), tetapi orang-orang beriman selalu mengharapkan yang terbaik dari Allah bahkan jika mereka tidak tahu persis bagaimana hal itu akan terjadi.


 Abu Huraira melaporkan: Nabi SAW bersabda:


 ู„َุง ุง ุงู„ْูَุฃْู„ُ


 Tidak ada pertanda, tetapi yang terbaik adalah optimisme.


 Mereka berkata, “Ya Rasulullah, apakah optimisme itu?”  Nabi berkata:


 ุงู„ْูƒَู„ِู…َุฉُ ุงู„ุตَّุงู„ِุญَุฉُ ุง


 Sebuah kata benar salah satu dari Anda mendengar.


 Dalam riwayat lain, Nabi bersabda:


 ุงู„ْูَุฃْู„ُ ุงู„ْูƒَู„ِู…َุฉُ ุงู„ْุญَุณَู†َุฉُ ุงู„ْูƒَู„ِู…َุฉُ ุงู„ุทَّูŠِّุจَุฉُ


 Saya kagum dengan optimisme, kata yang baik, kata yang baik.


 Sumber: aแธฅฤซแธฅ al-Bukhฤr 5422, Grade: Muttafaqun Alayhi


 Ibnu Abbas melaporkan:


 ุงู†َ ู„ُ ุงู„ู„َّู‡ِ ู„َّู‰ ุงู„ู„َّู‡ُ ู„َูŠْู‡ِ ู„َّู…َ ุงุกَู„ُ ู„َุง ุงู„ِุงุณْู…ُ ุงู„ْุญَุณَู†ُ


 Rasulullah, damai dan berkah besertanya, optimis dan dia tidak melihat pertanda buruk, dan dia menyukai nama-nama baik.


 Sumber: Musnad Aแธฅmad 2762, Kelas: Sahih


 Berpikir positif dan optimisme adalah yang paling penting karena berkaitan dengan doa, permohonan, dan tindakan ibadah kita.  Doa atau permohonan yang dipanjatkan dengan pasti bahwa Allah akan mengabulkannya jauh lebih manjur dan bermanfaat daripada doa yang lemah.  Untuk alasan ini, Nabi menyuruh kita untuk berdoa kepada Allah dalam pengetahuan tertentu bahwa dia akan menjawab.


 Anas bin Malik meriwayatkan: Rasulullah SAW bersabda:


 ุง ุง ู„ْูŠَุนْุฒِู…ْ ุงู„ุฏُّุนَุงุกِ ู„ุงَ ู„ِ ุงู„ู„َّู‡ُู…َّ ุงู„ู„َّู‡َ ู„ุงَ ู„َู‡


 Ketika salah satu dari kalian berdoa, hendaklah dia bertekad dalam doanya dan dia tidak boleh mengatakan: Ya Allah, beri aku jika kamu mau.  Tidak ada yang bisa memaksa Allah.


 Sumber: aแธฅฤซแธฅ al-Bukhฤrฤซ 5979, Grade: Muttafaqun Alayhi


 Dalam riwayat lain, Nabi bersabda:


 ุงุฏْุนُูˆุง ุงู„ู„َّู‡َ ุงู„ْุฅِุฌَุงุจَุฉِ


 Serulah Allah dengan yakin bahwa Dia akan menjawabmu.


 Sumber: Sunan al-Tirmidzi 3479, Kelas: Hasan


 Artinya, kita harus berdoa sambil percaya bahwa Allah telah menjawab kita dengan cara yang terbaik.


 Ibn Hajar mengomentari hadis ini, dengan mengatakan:


 ุงู„ْุฃَู…ْุฑِ ุงู„ْุนَุฒْู…ِ ุงู„ْุฌِุฏُّ ู„ُูˆุจِู‡ِ


 Arti dari tekad adalah untuk gigih dalam permohonan dan untuk menegaskan bahwa apa yang diminta akan terjadi.


 Sumber: Fatแธฅ al-Bฤrฤซ 5979


 Dan An-Nawawi menulis:


 ุงู„ุธَّู†ِّ ุงَู„ู„َّู‡ِ ุงู„َู‰ ุงู„ْุฅِุฌَุงุจَุฉِ


 Adalah memiliki harapan yang baik (แธฅusn al-แบ“ann) bahwa Allah Ta'ala akan menjawab Anda.


 Sumber: Sharแธฅ aแธฅฤซแธฅ Muslim 2678


 Begitu kita berdoa, kita harus menegaskan dalam hati dan pikiran kita bahwa Allah tanpa ragu telah mendengar dan menjawab kita.  Biarkan doa meresap ke lubuk hati Anda dan menembus pikiran bawah sadar Anda.


 Terkadang jawabannya tidak seperti yang kita harapkan.  Tapi selama kita berdoa untuk kebaikan dan mengharapkan kebaikan, jawabannya sudah terpenuhi walaupun kita tidak tahu caranya.


 Abu Sa'eed Al-Khudri melaporkan: Rasulullah, damai dan berkah besertanya, mengatakan:


 ุง ู„ِู…ٍ ู„َูŠْุณَ ุง ู„َุง ู„َّุง ุงู‡ُ ุงู„ู„َّู‡ُ ุง ู„َุงุซٍ ุง ู„َ ู„َู‡ُ ุง ุง ู„َู‡ُ ุงู„ْุขุฎِุฑَุฉِ ุง ุงู„ ุง


 Tidaklah seorang muslim berdoa kepada Allah tanpa dosa atau memutus tali silaturrahim melainkan Allah akan mengabulkan satu dari tiga jawaban: dia akan mempercepat terkabulnya doanya, dia akan menyimpannya untuknya di akhirat, atau dia akan mengalihkan doanya.  kejahatan darinya mirip dengan itu.


 Sumber: Musnad Aแธฅmad 10749, Nilai: Sahih


 Selama kita terus berdoa dan berdo'a, jawabannya pasti akan datang meskipun disimpan untuk kehidupan selanjutnya.  Sebaliknya, kita berada dalam bahaya doa kita tidak dijawab jika kita frustrasi atau berhenti berdoa sama sekali.


 Abu Huraira melaporkan: Rasulullah, damai dan berkah besertanya, mengatakan:


 ุงุจُ ู„ِุฃَุญَุฏِูƒُู…ْ ุง ู„َู…ْ ู„ْ ู„ُ ู„َู…ْ ู„ِูŠ


 Setiap orang di antara kalian akan dikabulkan doanya selama dia tidak sabar dan dia berkata: Saya telah berdoa tetapi saya tidak dikabulkan.


 Sumber: aแธฅฤซแธฅ al-Bukhฤr 5981, Grade: Muttafaqun Alayhi


 Banyak dari kita tidak mendapatkan jawaban atas doa kita karena kita tidak berdoa dengan cara yang baik, kita berdoa untuk hal-hal yang berdosa, kita tidak mengharapkan kebaikan dari Allah, atau kita menyerah begitu saja.  Dalam hal ini, Nabi adalah teladan terbaik bagi kita untuk belajar bagaimana berdoa dan apa yang harus didoakan.  Rahasia sebenarnya dari doa adalah bahwa kita akan mendapatkan kebaikan dari Allah dengan ukuran yang kita harapkan darinya.


 Abu Huraira melaporkan: Rasulullah SAW bersabda:


 ู„ُ ุงู„ู„َّู‡ُ ุงู„َู‰ ุง ุง ุง


 Allah Ta'ala berfirman: Aku adalah seperti yang diharapkan hamba-Ku dan Aku bersamanya saat dia mengingatku.


 Sumber: aแธฅฤซแธฅ al-Bukhฤrฤซ 6970, Grade: Muttafaqun Alayhi


 Dalam riwayat lain, Nabi bersabda:


 ุง ู„َู‡ُ ุง ู„َู‡ُ


 Allah berfirman: Jika dia berpikir baik tentang saya, dia akan memilikinya.  Dan jika dia berpikir jahat tentang saya, dia akan mendapatkannya.


 Musnad Ahmad 8833, Grade: Sahih


 Doa kita perlu disertai dengan kepastian dan keyakinan bahwa harapan baik kita akan terkabul.  

Kita harus terus-menerus menegaskan kembali dan memperkuat doa-doa kita dengan pikiran positif bahwa Allah mendengar kita dan telah menjawab kita dengan cara terbaik.  Berpikir baik tentang Allah dengan cara ini adalah langkah lain di jalan menuju keunggulan dalam Islam.

Ini adalah. Contoh positif thinking dalam kehidupan orang yang optomis akan mudag menghilangkan sugesti negatif yang mungkin tidak kita sadari.


 Abu Huraira melaporkan: Rasulullah, damai dan berkah besertanya, mengatakan:


 ุงู„ุธَّู†ِّ ุงู„ู„َّู‡ِ ุงุฏَุฉِ ุงู„ู„َّู‡ِ


 Sesungguhnya, berpikir baik tentang Allah adalah bagian dari ibadah yang sangat baik kepada Allah.


 Sumber: Sunan al-Tirmidh 3970, Grade: Sahih


 Singkatnya, Islam mengajarkan kita untuk mengarahkan pikiran kita pada apa yang baik dan mengabaikan pikiran buruk.  Seperti pernyataan lahiriah, pikiran yang kita kejar hanyalah pernyataan batin yang harus baik atau setidaknya netral.  

Jika kita memiliki pikiran yang buruk, kita harus mengikutinya dengan beberapa pernyataan batin yang positif untuk membatalkan pengaruhnya. 

 Berpikir positif harus mengarah pada pandangan optimis dan harapan yang baik kepada Allah dan rahmat-Nya.  Harapan yang baik ini adalah rahasia batin yang membuat doa dan ibadah kita menjadi paling efektif dan memuaskan.

Post a Comment for "Berpikir positif dan optimis dalam Islam"